Kamis, 01 Maret 2012

CATATAN SDD

Merancang Kota Berbudaya & Manusiawi
Perencanaan sebuah kota itu merupakan visi yang akan kita dituju, misalnya kota madani  yang diambil dari kata Madinah pada masa Nabi Muhammad, yaitu sebuah kota yang sangat manusiawi atau civil society. Suatu masyarakat yang civilizes atau berbudaya, sehingga penataan sebuah kota itu sangat penting untuk membawa masyarakatnya menjadi manusia yang berbudaya.
Seorang perencana harus betul-betul mengerti konsep ini, bukan hanya dari segi keindahan dan segi efisiensi, tetapi juga dipikirkan bisa menimbulkan suasana saling menghargai. Sebagai contoh yang jelek, seperti trotoar dibangun kurang manusiawi bagi pejalan kaki karena rawan terjadinya kecelakaan. Kenapa, karena trotoar sering dilalui kendaraan bermotor seperti yang ada di Jakarta. Seringkali dengan alasan efisiensi, dibuatlah trotoar yang ukurannya kecil, ditanami pohon dengan alasan agar rindang, namun bagi pejalan kaki merasa tidak nyaman karena jadi sempit, apalagi ditambah pedagang kaki lima menjejali trotoar dengan dagangannya, dipakai juga buat parkir motor dan mobil.
Fungsi trotoar harus ada perangkat hukum yang mengaturnya, agar tidak disalahgunakan peruntukannya. Juga harus didukung manusianya dalam penegakkan hukum dan rasa disiplin. Di Jakarta, saya lihat ada gerakan melarang kendaraan menggunakan trotoar, tujuannya agar keselamatan pejalan kaki lebih terjamin. Selain itu untuk membuat manusia berbudaya, harus diciptakan ruang seperti taman dan fasilitas sosial lainnya untuk dapat mengobrol atau berinteraksi dengan biaya yang murah. Juga perlu ada karya-karya seni seperti patung-patung dari tokoh pahlawan, atau punya unsur seni seperti patung di Taman Suropati Jakarta. Ini menjadi wadah bagi jiwa-jiwa muda untuk berkreasi, jangan tembok dicorat-coret yang dapat mengganggu pemandangan. Begitu juga ada tempat sampah dan public toilet, agar pengunjung yang datang tidak buang air kecil di bawah pohon.
Perencanaan sebuah kota tidak hanya menjadi tugas dari pengembang kota, tetapi juga  dari unsur-unsur masyarakat seperti RT dan RW ikut membantu. Jadi kota tidak hanya milik pengembang tetapi juga milik warga kota itu sendiri karena ikut membangun dan merawat. Arsitek tugasnya merancang, pengelola menerapkan aturan main, kemudian ada satuan keamanan yang menjaga, terpenting lagi masyarakatnya mendukung karena mengerti. Kadang ada masyarakat kurang paham seperti ada gerakan anti patung. Patung itu bukan berhala tetapi bagian dari keindahan kota yang dapat menghilangkan stres dan sebagai penghargaan karya seni. Ini bagian dari hidup harmonis yang saling menghargai dan menghormati. Bayangkan jika orang yang stres penyalurannya ke narkoba, miras, kebut-kebutan, tentu menimbulkan permasalahan baru.
Melihat kota Cikarang tidak terlepas adanya kawasan industri yang menyediakan lapangan kerja, sehingga dapat menjadi kota mandiri. Yang masih kurang adalah penambahan fasilitas-fasilitas publik dan juga pendidikan dalam arti ruang untuk sharing atau berdialog saling memberi masukan antara pemerintah dan pengembang dengan warga kota, yang kemudian dapat dilaksanakan bersama-sama. Tentunya sudah terencana dan terorganisir agar tidak kacau, sehingga keberadaan RT dan RW sangat penting dalam mengorganisir warganya.
Menilai sebuah kota tentu saja banyak kekurangan karena mencari kepuasan tidak ada habisnya. Belajar dari keberhasilan kota lain adalah langkah yang bijak, tentu saja disesuikan budaya lokal dan kemampuan finance. Kuncinya adalah pemerintah, swasta dan masyarakat harus bergandengan tangan dalam memperbaiki kota kita menjadi kota yang cantik dan manusiawi dengan masyarakat yang berbudaya. Demikian catatan saya kali ini, terima kasih. (red)

0 komentar:

Posting Komentar