Kamis, 12 April 2012

Oase

KAYA BERKAT BUDAYA
Bank Dunia dan mitra-mitranya sedang merancang Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Pusaka untuk menanggulangi kemiskinan di Indonesia. Maksudnya apa? Masyarakat dan Tanah Air Indonesia ini kaya akan beragam heritage - pusaka alam maupun kultural. Di setiap daerah selalu ada keistimewaan, baik yang berupa adat istiadat, maupun kondisi alamnya.  Itulah modal utama dan spesial.
Dengan modal itu, mestinya tidak mungkin kita menjadi miskin. Ambil contoh Bekasi. Ada kebiasaan membuat dodol yang bisa dijadikan festival.  Ada juga memasak ikan gabus, dijadikan gulai dan sebagainya.  Baru seni kulinernya saja sudah mengundang selera.  Belum lagi dengan macam-macam seni pertunjukan.  Tentu, semuanya bisa menjadi modal ekonomi kreatif di kawasan ini.
Perkaranya, masyarakat sendiri perlu lebih sadar dan menciptakan kesempatan untuk mengembangkannya. Di banyak wilayah, telah muncul kesadaran sekaligus kekayaan itu.  Sebuah desa yang semula miskin, tanahnya tandus, bergua-gua, ternyata bisa muncul sebagai desa wisata.
Gua, bebatuan, sungai, air terjun, danau, pohon tua dan hutan pun bisa mendatangkan kesibukan.  Itulah yang disebut pusaka alam atau natural heritage.  Desa dengan gua atau luweng, bisa menjadi ramai karena tamu datang dari berbagai penjuru.  Mereka ingin menikmati wisata gua.  Tentu setelah diadakan fasilitas seperlunya. Misalnya lampu-lampu, jalan masuk yang aman, lift dan kalau ada perahu-perahu untuk melayari sungai di dalam gua itu.
Pendatang dari jauh perlu penginapan, restoraan, toko cendera-mata, pertunjukan kesenian, macam-macam. Desa yang semula tidak terkenal, kini menjadi populer dan bersinar-sinar.  Itulah yang ingin dicapai melalui Program PNPM Pusaka.  Ekonomi kreatif dipacu di segala penjuru.
Bagaimana kawasan industri atau desa-desa yang telah beralih seperti di seputar Cikarang ini?  Sejak awal telah dipikirkan bagaimana tradisi dan adat istiadat lama bisa disandingkan dengan kebudayaan baru. Masyarakat tradisional yang punya kesenian, kebiasaan memasak, pekerjaan khas membuat gerabah, batu-bata, lio-lio, juga bisa ikut berkibar.  Jababeka Multicultural Center sejak awal dirancang untuk ikut menampilkan dan memajukan mereka sehingga layak dan bangga menjadi bagian dari budaya dunia.
Kini, dengan pemberdayaan untuk menumbuhkan sadar budaya, sadar pusaka, peluang itu kian terbuka.  Pengalaman menunjukkan bahwa buruh pabrik bisa menambah penghasilan serta kebahagiaan hidupnya melalui kegiatan kultural maupun olahraga.  Lihat saja para karyawan yang ikut menabuh gamelan, main reog, berlatih tari-tarian, sepak takraw dan lain-lain; semua menunjukkan hidup yang lebih sehat, lebih kaya, lebih bermakna. ***
Eka Budianta, pengelola Jababeka Multi Cultural Centre dan pengurus Tirto Utomo Foundation,
anggota Dewan Pakar Badan Pelestarian Pusaka Indonesia (BPPI).

0 komentar:

Posting Komentar