Kamis, 12 April 2012

Profile

Johnson Ramtung MENCETAK ATLET NASIONAL
Ketika olah raga bulutangkis di Indonesia semakin terpuruk dan hampir tidak pernah menjuarai setiap kejuaraan dunia, membuat seorang pengusaha warnet dan toko handphone tergerak hatinya untuk merubah nasib keterpurukan ini. Padahal di era tahun 80-an hingga 90-an para pemain bulu tangkis Indonesia mendapat kejayaan.
Johnson Ramtung berinisiatif untuk mengulang masa kejayaan itu dengan membuat sebuah club bulu tangkis di Kabupaten Bekasi yang diberi nama JR Enkei. Club yang didirikan ini memang masih terbilang sangat muda, didirikan pada tanggal 12 Januari 2011 yang lalu. Tetapi belum ada kata terlambat untuk berbuat sesuatu yang bisa mengharumkan nama bangsa di olah raga bulu tangkis.
Ketertarikannya pada club bulu tangkis ini didorong oleh keinginan untuk menjadikan atlet nasional lahir dari anak-anak Kabupaten Bekasi. “Ini bagian dari mimpi saya untuk melahirkan pemain-pemain nasional yang berasal dari anak-anak Kabupaten Bekasi,” kata Johnson.
Menurut Johnson, potensi anak-anak Kabupaten Bekasi sangat baik, tetapi sayang tidak ada orang yang peduli untuk mendukung potensi ini. Bahkan jika anak-anak ini kita bina sejak usia dini untuk menjadi juara bukan hal yang tak mungkin banyak bibit-bibit pemain muda nasional dari Kabupaten Bekasi.
Club bulu tangkis yang dimilikinya mendapat dukungan dari sebuah perusahaan Jepang Enkei. Dukungan yang diberikan berupa bantuan dana untuk kegiatan operasional club. Dan yang menarik di club ini adalah orientasi pada pembinaan yang maksimal dan tidak bertujuan bisnis. Sebab sebagian anggota club ini tidak dikenai biaya, bahkan biaya bulanannya saja hanya Rp. 120 ribu. “Bagi anak yang kurang mampu, club kami ini memberikan keringanan tanpa harus membayar biaya bulanan semua kami gratiskan yang penting anak itu memiliki keinginan dan semangat untuk berlatih,” ungkap Johnson.
Di tengah kesibukan waktunya dengan bisnis usaha lain, Johnson pun membagi waktunya untuk menyempatkan diri melihat anak-anak berlatih di Liana Sport Hall Cikarang. “Saya merasa terpanggil dengan mendirikan club ini, padahal saya sendiri tidak hobi dan tidak memahami teknik bulu tangkis tetapi saya tetap memiliki keinginan kuat untuk menjadikan anak-anak Kabupaten Bekasi bisa bangga dan menjadi pemain dunia nantinya,” tegas Johnson. (im)

Agus Erawan Harapan Baru Dari Dunia Pendidikan
Menjamurnya lembaga kursus di berbagai kota, di satu sisi mempermudah masyarakat memilih lembaga yang menurutnya baik, namun di sisi lain masyarakat juga belum tentu bisa mendapatkan lembaga yang bermutu. Untuk itu Agus Erawan alumnus UBS (Universitas Bandung Selatan) Jurusan Hukum Perdata ini pada Januari tahun 2007 memutuskan untuk membuka sebuah lembaga kursus Primagama di Cikarang.
Ditemui Cikarang Pos di Ruko Kuning Cikarang Trade Canter (CTC) Agus Erawan selaku manajer Primagama CTC Cikarang menyampaikan pilihannya bergabung dengan Primagama, karena menurutnya lembaga tersebut cukup kridibel dan brand image-nya cukup kuat yang sudah diakui oleh berbagai kalangan.
“Sepertinya tidak nyambung back ground hukum terjun ke pendidikan, tetapi itulah adanya mungkin garis hidup saya di sini yaitu ambil bagian dalam ikut mencerdaskan masyarakat lewat pendidikan,” ungkap Agus. Sebenarnya dunia pendidikan bagi Agus sudah tidak asing lagi, karena lingkungan keluarga banyak yang menjadi seorang pendidik.
Alasannya bergabung dengan Primagama, karena lembaga pendidikan ini sudah dikenal luas, mendapatkan kepercayaan masyarakat dan menerima berbagai penghargaan seperti: Top Brand, Super Brand, Muri dan ISO 2000. Jadi menurut Agus ini merupakan investasi dan peluang usaha yang menjanjikan.
Cikarang adalah lokasi yang strategis di sisi bisnis, banyak perumahan elite dan perumahan baru terus tumbuh. Masyarakat banyak membuka berbagai lahan usaha  usaha terutama di sektor pendidikan formal. Untuk menunjang prestasi siswa di sekolah, tentu saja berbagai lembaga kursus atau Bimbel dari tahun ketahun akan terus dibutuhkan. Hal inilah yang membuat keyakinan Agus, bahwa bisnis lembaga kursus atau bimbingan belajar tidak akan pernah mati. (yd)

Imas Nurjanah, Membuat Anak Cepat Membaca
Imas Nurjanah tidak pernah bermimpi lembaga pendidikan yang dirintisnya tumbuh menjadi sebuah lembaga pendidikan yang mendapat kepercayaan masyarakat terutama warga Cikarang Baru. Diakui lembaga pendidikan yang dibangunnya tidak mudah yaitu melalui sebuah proses yang cukup panjang.
“Saya lahir di lingkungan keluarga yang bergerak di bidang pendidikan, orang tua saya adalah salah satu pemilik pondok pesantren di Bandung dan sejak di bangku SMA saya juga terlibat dalam kegiatan mengajar TK di yayasan milik keluarga. Maka ketika mengikuti suami hijrah ke Cikarang tahun 1999 dan tinggal di Jababeka saya putuskan mengajar di salah satu TK di Cikarang Baru. Kemudian pada tahun 2000 membuka lembaga sendiri yang dimulai dengan kegiatan pengajian anak di rumah. Berkat dorongan yang kuat dan kepercayaan dari warga, pada tahun 2003 saya membuka les privat calistung  yang kemudian menjadi cikal bakal KB-TK Islam Nadindra,” ungkap Imas.
Pencapaian lain yang dicatat dari Imas Nurjanah adalah berhasil menerbitkan 2 jilid buku berjudul “Nadindra Membaca” yaitu sebuah metode yang diterapkan dalam konsep calistung dimana mengutamakan pemahaman secara obyektif yang disempurnakan melalui improvisasi  tenaga pengajar yang membuat anak  cepat membaca.
Tiga belas tahun  mengelola pendidikan anak usia dini merupakan pengalaman yang berharga bagi Imas. “Pendidikan pasti dibutuhkan oleh masyarakat banyak tetapi bagi kami membangun lembaga tidak semata -mata mencari keuntungan, tetapi juga sebuah pengabdian agar setiap anak dapat memperoleh kesempatan mengenyam pendidikan. Jababeka adalah kawasan industri yang tumbuh dengan pesat, maka saya dan suami beruntung bisa tinggal sekaligus dapat membangun usaha di sini. Kita ketahui warga lingkungan kami rata- rata karyawan perusahaan yang cenderung menilai pendidikan menjadi prioritas utama bagi keluarga,” tutur Imas .(yd)

0 komentar:

Posting Komentar