Minggu, 01 Januari 2012

James Gwee CIPTAKAN GENERASI BERMENTAL JUARA

Menurut data Badan Standar Nasional Pendidikan, setiap tahun jumlah lulusan SMU/SMK sederajat sebanyak 1.450.498.  Dari jumlah di atas berdasarkan statistic ILO Jakarta pada tahun 2002 ada 34% lulusan SMU/SMK sederajat yang menganggur. Ini menjadi bom waktu yang menunggu waktu untuk meledak. Padahal para lulusan ini memiliki potensi untuk menjadi wirausaha sehingga dapat membuka lapangan kerja baru. Berikut petikan wawancara Cikarang Pos dengan James Gwee, seorang trainer dan penulis buku, yang kini aktif dalam Program Care For The Nation.

Apa latar belakang Program Care For Nation yang memberikan pelatihan wirausaha kepada siswa SMU/SMK?
Awalnya training-training yang biasa saya jalankan untuk kalangan eksekutif dengan cara yang sederhana namun efektif, kita coba terapkan juga kepada remaja dengan model yang sama cuma dikemas untuk remaja  ternyata juga efektif. Pelatihan diberikan kepada remaja yang memiliki potensi tetapi dari kalangan kurang mampu dan tidak punya kesempatan.Saya berbicara dengan klien saya yang juga para pengusaha yang perusahaannya memiliki program CSR. Jadi dana sudah tersedia, teman-teman sudah sehati tinggal kita kemas, kemudian mencari trainer-trainer-nya.

Apa tantangan memulai program ini?
Tantangan yang paling besar adalah kita harus mencari sekolah-sekolah atau tempat di Jakarta atau luar Jakarta untuk mengumpulkan anak-anak SMU dalam membantu penyelenggaraan pelatihan. Sekolah hanya menyediakan tempat, dan  biayanya free. Yang terpenting ada pihak yang ingin menyelenggarakan kegiatan ini, kita hanya datang memberikan training.

Kegiatan training ini fokusnya apa saja?
Kami fokus di tiga hal  yaitu: 1. Sikap Mental seorang juara, setelah dia keluar dari pelatihan dia termotivasi dari seorang yang biasa saja menjadi seorang juara. Bukan juara dalam sekolah atau olah raga tetapi juara untuk dirinya sendiri. Mereka sudah tahu pola untuk sukses, selama ini banyak orang ingin sukses tetapi dia tidak tahu pola agar sukses.
2. Sudah memiliki ketrampilan dasar  untuk bisa berkomunikasi sampai bisa berbicara di depan umum. Banyak anak bisa berbicara tetapi tidak bisa berkomunikasi, sehingga apa yang ia sampaikan tidak ada yang paham. Terkadang karena cara komunikasi kurang menyenangkan, maka usulan yang baik tetap ditolak atau niat yang baik dicaci maki.
3. Dasar-dasar berwirausaha, sehingga diharapkan keluar dari pelatihan siswa SMU/SMK  ini memiliki, pertama, semangat untuk jadi juara dan sudah tahu bagaimana caranya. Kalau dia diterima kerja di kantor dengan sikap yang berbeda, cara kerja berbeda karena dia lebih bersinar sehingga diperhatikan oleh atasan dan karirnya melejit. Kedua, jika dia tidak diterima kerja  di perusahaan, minimal sudah punya dasar-dasar berwirausaha sehingga dia tidak stress, tidak khawatir dan tidak jatuh atau patah semangat karena dia sudah tahu bagaimana hidup dengan berwirausaha.

Apakah mereka diharapkan menjadi leader?
Menjadi leader untuk kehidupannya sendiri, untuk menjadi leader itu bukan tujuan mereka. Seorang anak menjadi leadership biasanya dari bakat alami. Peserta training diarahkan agar dapat melakukan sesuatu yang lebih dari orang lain atau bisa lebih berprestasi dari pada orang lain. Training yang diberikan prakstis saja, kalau tidak bisa bekerja maka bisa membuka usaha kecil-kecilan.

Wirausaha tersebut dalam bentuk apa saja?
Wirausaha itu dalam bentuk produk dan jasa. Ada adik-adik yang ikut program kami seperti dagang bakso, makanan dan kerajinan tangan. Juga membuka jasa seperti reparasi komputer. Tergantung melihat peluang pasar yang ada.

Apakah training juga mengarah ke pengembangan skill?
Untuk pelatihan ini waktunya sangat terbatas , kita hanya tanamkan pemicu, tertanam didirinya bahwa belajar itu penting. Karena tidak mungkin kita melengkapi seseorang dengan seluruh skill yang dibutuhkan dalam hidupnya. Dia akan sadar jika belajar maka prestasi saya akan baik. Kadang-kadang anak-anak di sekolah belajar itu menjadi beban. Kita akan trigger mereka untuk watak  dan presepsi yang berbeda tentang belajar.

Kendala apa saja yang dialami para siswa dalam membangkitkan semangatnya?
Problem yang paling besar sebelum mereka ikut adalah mata dan pikiran mereka belum terbuka. Mereka mengatakan, keluarga saya begini, lingkungan budaya saya begini. Saya mau sukses tetapi saya tidak punya modal. Setelah dia ikut pelatihan satu hari saja mereka akan terbuka, untuk sukses ada modal semangat, modal ketrampilan dan modal watak positif. Meski tidak punya modal uang, tetapi punya modal ide, siap kerja keras, pantang mundur dan mau belajar. Bahwa mereka akan sadar jika uang bukan segala-galanya, dan sadar punya banyak sekali modal.

Di Cikarang banyak lulusan SMU yang maunya kerja di pabrik, padahal peluang usaha banyak. Faktor apa penyebabnya?
Karena di sekolah mereka diorientasikan setelah lulus akan dapat kerja. Kalau tidak dapat kerja, maka kebingungan . Tidak diorientasikan kepada mereka bahwa 30% akan mendapat pekerjaan, sedangkan 70 % siap menganggur. Dan kalau menganggur harus bagaimana. Maka yang harus dilakukan adalah  juga mempersiapkan mereka berwirausaha. Mereka diberikan pelatihan singkat cukup 2 minggu baik dari sekolah dan instansi lain seperti perusahaan di kawasan industri. Setelah dia keluar mereka tidak kebingungan lagi, karena sudah memiliki ketrampilan buka usaha, seperti program pelatihan yang kami lakukan ini.

Apakah Anda bersedia memberikan training di Cikarang?
Saya sudah siap dari dulu, tinggal atur waktu, siapkan anak-anaknya. Kami menargetkan 100.000 anak dalam 5 tahun, sekarang baru 4 bulan sudah 8.000 anak. (kr)

0 komentar:

Posting Komentar