Sabtu, 01 Oktober 2011

Tinggal di Kota Jababeka Berpeluang Sukses

Tinggal di Kota Jababeka Berpeluang Sukses
Melimpahnya pasar di area industri dan perumahan di Jababeka banyak dimanfaatkan oleh warga Kota Jababeka karena mereka tahu persis peluang bisnis yang ada. Salah satunya Nurul Kowim yang membangun bisnis provider IT dan kuliner di Kota Jababeka dan merasakan keberhasilan  meski  baru  3  tahun  merintis  usaha.
Pria asal Jawa Timur ini memulai bisnis  IT pada bulan Oktober 2008 dengan menyewa sebuah rumah di Jababeka. Belum genap setahun ia menyewa Ruko di Ruko Roxy karena bisnisnya mengalami perkembangan. Dengan bertambahnya jumlah karyawan, maka satu tahun  kemudian ia membeli Ruko di komplek CBD Kota Jababeka. “Sekarang omset kita sudah cukup lumayan dan karyawan bertambah menjadi 80 dari awalnya  hanya  6  orang,”  ungkap  Kowim.
Meskipun kebanyakan customernya berada di luar Jababeka, namun tahun 2012 ia targetkan masuk di market kawasan industri di Jababeka dan sekitarnya, terutama di perusahaan selevel SFB (Standard Factory Building) atau menengah ke bawah. “Meski karyawan sedikit mereka tetap butuh IT dan kami semacam outsource IT-nya. Jika perusahaan menyediakan tenaga IT sendiri, maka akan jarang ada pekerjaan sehingga tidak efektif. Seperti perusahaan asing dari China atau Malaysia yang memiliki Holding di negara asalnya sehingga butuh IT dalam berkomunikasi seperti video conference. Untuk itulah kami memberikan solusinya, dimana kami memiliki SDM yang punya kompetensi  di  bidang  IT,”  tegas  Kowim.
Alasannya membuka usaha di Jababeka yang jelas adalah rumah di sini yakni di Jl. Tapir Kota Jababeka yang ditinggali dari tahun 2001. Saat kantor masih di Jakarta, jam 5 pagi ia harus berangkat agar jam 8 sampai kantor. Rutinitas ini tentunya sangat melelahkan, dari situ kenapa tidak membuka usaha sendiri di Cikarang. Alasan lain adalah salah satu chore bisnisnya adalah pabrikasi, sehingga di Jababeka ini cocok  karena  ada  industri  manufaktur.
Sukses di bisnis IT, Nurul Kowim juga merambah ke bisnis kuliner yakni rumah makan dengan menu utama bakso dengan nama Bakso Rainbow. Ia memanfaatkan adanya kesempatan dan peluang, dimana di perumahan Jababeka ada potensi 12.000 KK, paling tidak mengambil market 10% saja sudah begitu besar. Di tahun 2012 ia menargetkan memiliki 6 cabang dan 2013 target 10 – 15 cabang di area Cikarang, saat ini masih memiliki 2 cabang, yakni di Ruko Midi  Niaga  dan  Jl. Kasuari  Raya.
Selain IT dan kuliner, prospek bisnis yang potensial di Cikarang menurutnya adalah rekreasi. Aktifitas karyawan level staf hingga owner seringnya duduk di kantor, sehingga akan timbul kejenuhan. Untuk mengobati kejenuhan itu dibutuhkan relaksasi atau rekreasi. “Saya rasa ke depan akan berkembang bisnis rekreasi dengan catatan ditunjang dengan alat transportasi yang memadai. Saya juga sedang menjajagi bisnis relaksasi dengan membeli satu ruko lagi di Jababeka,”ungkap pria yang suka dipanggil anak gunung ini. Meski telah berhasil dalam bisnisnya, bukan berarti Kowim tidak pernah terpuruk, dengan selalu menulis keinginan dan targetnya maka ia bangkit kembali dan terus  menanjak.
Kowim memandang prospek bisnis di Cikarang sangat bagus, namun harus diimbangi dengan perbaikan infrastruktur jalan agar tidak menimbulkan kemacetan. Di sisi lain kemacetan juga sebagai bukti aktifitas bisnis di sini sudah sangat padat. Dengan adanya rencana pembukuaan exit tol baru yakni KM 29,2 dan KM 34,7 diharapkan akan banyak mengurangi kemacetan, sehingga roda perekonomian semakin  maju  dan  berkembang. (kr/adv)

0 komentar:

Posting Komentar