Dr.Roeshadi: KETEGUHAN DAN EVALUASI DIRI MELALUI BUDAYA WAYANG
Malam 1 Suro bagi tradisi masyarakat Jawa merupakan refleksi dari satu tahun yang dilalui. Ruang untuk interopeksi diri dan evaluasi atas perilaku dimasa lalu karena salah, karena lupa, karena bujukan atau karena kelemahan lainnya. Jika keburukan mampu berubah menjadi kebaikan pasti akan bermanfaat bagi dirinya juga bagi semua orang. Demikian penuturan Dr. Roeshadi kepada Cikarang Pos menjelang pagelaran wayang kulit semalam suntuk dalam memperingati malam 1 Suro di kediamannya Jl. KH. Dewantara Cikarang Utara.
Kresna Duta bukan saja sekedar ditampilkan sebagai lakon cerita, tetapi bagi dokter yang juga pelestari budaya tersebut ingin menyampaikan pitutur atau wewarah bahwa suatu ketika yang benar akan menang, siapa salah bakal seleh, sopo nggawe bakal nganggo dan sopo nandur bakal ngunduh. Hakekatnya barang siapa menanam kebaikan akan menerima kebaikan, sebaliknya kejahatan akan menerima akibatnya. Kresna adalah sosok yang memiliki kecerdasan, memiliki kepekaan dan lugas sehingga pantas dijadikan duta untuk mengembalikan hak Pandawa yang dirampas lewat tipu daya dan nafsu keserakahan Kurawa. Kresna adalah kesatria yang mumpuni tangkas dan trengginas dalam mengemban tugas, kebenaran pada hakekatnya kebenaran itu sendiri.
Kembali beliau menuturkan, di jaman ini kesatria kebenaran sulit dijumpai jarang ada kresna-kresna yang siap menjadi duta yang hakekatnya untuk kepentingan orang banyak. Kebanyakan untuk diri sendiri dan kelompoknya atau golongannya, sehingga arah dan tujuannya semakin tidak jelas, ini perlu interopeksi dan koreksi. Maka Malam1 Suro bisa dijadikan ruang untuk mengingatkan kesadaran kita sehingga mampu memperbesar sisi baiknya.
Menyingkapi tentang wayang disampaikan secara filosofi ada 3 hal sekaligus yang terkandung di dalamnya, pertama pelestarian budaya leluhur ditengah gempuran budaya asing yang begitu masiv dimana hanya menonjolkan hiburan semata tidak ada unsur edukasi bahkan filosofi, kedua hiburan yang dipersentuhkan melalui limbukan dan goro-goro yang membuat senang dan bisa tertawa, ketiga filosofi adanya kebaikan dan kejahatan. Sifat jahat dirubah menjadi sifat baik diperlukan perjuangan bisa melalui berbagai cara, diantaranya melalui wayang, diskusi dan media yang mencerdaskan masyarakat. Atau pencerahan bisa dimulai dari diskusi kelompok, analisa kejadian, tuntunan agama dan dalam ukuran-ukuran yang jelas. Misi kebaikan harus terus ada, demikian kejujuran dan semangat perbaikan diri selalu diberikan tempat maka hidup menjadi sebagaimana mestinya yaitu berjalan pada relnya. Demikian Dr. Roeshadi mengakhiri bincang-bincang dengan Cikarang Pos. (yd)
Kamis, 01 Desember 2011
Dr.Roeshadi: KETEGUHAN DAN EVALUASI DIRI MELALUI BUDAYA WAYANG
20.24
No comments
0 komentar:
Posting Komentar